Tuesday, May 12, 2015

Layang-Layang

Sketch Nirmana Dwimatra
Ilustrasi Layangan


Ketika aku mengenang dan flashback untuk mengingat gimana sih waktu aku kecil, dari situlah aku dapat memberi kesimpulan bahwa Masa kecil ku berbeda dengan masa kecil anak-anak jaman sekarang
Masa kecilku masih dipenuhi dengan mainan tradisional, ya ada sih sebagian mainan modern seperti mobil balap (jangan sebut merk) 4WD, trus Gasing yang bisa keluar Api, trus Gimbot juga.
Tapi dari situ aku menyadari bahwa masa kecilku masih jauh lebih bahagia daripada masa kecil anak-anak jaman sekarang yang sudah dipenuhi dengan barang-barang modern seperi gadget yang bisa mengurangi tingkat sosialisasi point to point kepada masyarakat.
 
"Tak ada salahnya Mengingat sesuatu yang bersifat Masa Lalu"

Emang yaa, waktu kecil itu kayaknya ga ngerti adanya dosa. mau ini itu juga terserah (tentunya dalam hal positif).
Aku itu waktu kecil (katanya sih) Bandel, alias Nakal. Main jauh-jauh ga pake sendal, trus panas-panasan, sampe kulit item X_X
Tapi disitu aku merasa bahagia :-) :-D

Apalagi kalo lagi musim layangan. wuah rame dah kampung.
Masih ada lahan lapang (sekarang bangunan) yang dipake bareng-bareng, siang masih sepi namun ketika menjelang sore tambah rame tuh.

Ga peduli panas terik matahari, hujan badai, masih aja ada yang main layangan.
Menjadi hal yang biasa ketika kita adu layangan sama kampung sebelah. Tapi menjadi kurang biasa ketika adu layangan sama temen sendiri yang posisinya itu disebelah kita X_X
kan kam tu de pret namanya. haha
 
"Diperlukan seutas benang untuk melihat kawan terdekat"

Kejadian menarik dalam bermain layangan ketika ada layangan yang putus. pasti deh banyak orang yang lari mengejarnya. ga terkecuali aku sih haha
Padahal kalo orang tuaku bilang, ngapain ngejer-ngejer layangan yang harganya cuma Rp.250 (dulu) sedangkan risiko yang mungkin didapatkan itu bisa lebih dari harga layangannya.
Contoh : ketika lagi ngejer, trus kaki kena beling (kaca) atau paku ? mungkin juga ketika lagi ngejer, trus ada teman yang pake "sengget" (kayu/bambu cabang untuk mengoyak layangan yang tinggi) dan mengenai muka kita ?

Sebenernya kalo aku pikir sekarang, emang ada benernya juga orang tua bilang.
Tapi ketika aku menjadi anak kecil (dulu) dan orang tua bilang seperti itu, rasanya aku masa bodo.
Yang aku pikirkan adalah serunya mengejar layangan, rasakan sensasinya bersaing dengan yang lain untuk bisa memperoleh layangan yang mungkin harganya murah dan gak sebanding sama pengorbanan atau mungkin hasilnya.

Kangen banget rasanya pengen main layangan lagi.
Jadi inget masa kecil kalo ngeliat anak kecil sekarang main layangan. Dalam hatiku berkata kalo anak itu ternyata lebih bahagia (bermain layangan) ketimbang anak-anak lainnya (bermain gadget).
 
"Ditarik, Diulur, Sangkutin, Putus, Jadi Kejeran Banyak Orang"

Kadang masih semangat juga ketika ngeliat layangan putus...
Rasanya masih ingin aku kejar dan bersaing dengan lainnya untuk bisa menjadi orang selanjutnya yang bisa memiliki layangan tersebut.

Yaa.. Bukan orang Pertama, melainkan orang Selanjutnya.
Orang pertama adalah orang yang pernah memiliki dan memutuskan layangan tersebut.
dan aku harus menjadi orang selanjutnya!

Thursday, May 7, 2015

Buah Naga

Sketch Sketsa Draw Architecture Arsitektur
Ilustrasi


Kamu tau kan kalo Negeri kita terkenal sama kesuburannya. seperti yang tertuang pada lagu "Kolam Susu" yang pernah dinyanyiin sama Koes Plus.

Orang bilang Tanah kita Tanah Surga
Tongkat, Kayu dan Batu jadi Tanaman

Sebenernya musisi dulu menciptakan sebuah lagu pasti menyampaikan pesan yang berbobot dan ga akan pernah bosen kalo didengerin sampai sekarang.
Dari lagu tersebut aja udah bisa menggambarkan betapa suburnya tanah negara kita. :-)

"Tinjau lebih dalam tentang Arti Makna yang Ada"

Kamu pasti tau buah naga kan?

 
Bonus Video Plesir (ada Buah Naga nya)

Tapi jujur aja, aku tau buah naga itu bukan sejak kecil. Tapi ketika aku udah remaja, dan itupun ketika melihat tayangan jalan-jalan di televisi yang sedang berada di taman buah terkemuka di Indonesia.
Ternyata ada juga yang namanya buah naga. Buah dengan bentuk seperti Nanas namun lebih kecil, memiliki kulit yang lebih lunak dan berwarna merah.
Bahkan sampe sekarang pun aku belum tau rasanya, karena aku belum pernah merasakannya.

"Tetap Menerka dengan segala Fakta dan Data yang Ada"

Selain buah naga, di negara kita juga ternyata ada yang namanya Buah Simalakama.
Nah loh? kamu pasti tau kan nama buah itu.
Tapi aku yakin, kamu sama halnya kayak aku yang belum tau wujud dari buah itu?
Ya kan? ngaku aja lah. haha

Lain dengan Naga, ataupun Delima. itulah Simalakama.
Dilema emang...

Gundah Gulana dalam Simalakama,

"Ini (bukan) Ini dan Itu (bukan) Itu, Tapi Ini juga (bukan) Itu"

Oke, balik ke permasalahan >>
Sebenernya sama seperti Buah Naga, aku tau Buah Simalakama bukan sejak kecil. Tapi ketika aku udah remaja, dan itupun ketika orang tua ku melihat tayangan berita di televisi sehingga membuat orang tuaku merespon dengan perkataan "emang susah sih, seperti buah simalakama".
Akhirnya aku bertanya, emang kenapa kok kayak buah Simalakama?
Trus orang tuaku menjawab, Jadi Buah Simalakama itu hanya sebagai istilah untuk menggambarkan "Serba Salah padahal..."

Tapi beda dengan istilah Dilema ya,
Menurutku, Buah Simalakama ini berarti Serba Salah dan ujungnya pasti berimbas kepada kita.

Atau mungkin kamu udah ada yang tau bentuk Buah Simalakama?
Share yuk >> hehe